Judul : SOSOK SE'EKOR KUCING SAJA MESKIPUN SEDANG TERLUKA IA RELA MENYUSUI ANAKNYA''((SAHABATKU HARGAILAH SOSOK SEORANG IBU JANGAN SAMPAI ENGKAU MENGGORESKAN LUKA DIHATINYA)) SELAGI IA MASIH HIDUP JANGAN SAMPAI KITA SIA-SIAKAN
link : SOSOK SE'EKOR KUCING SAJA MESKIPUN SEDANG TERLUKA IA RELA MENYUSUI ANAKNYA''((SAHABATKU HARGAILAH SOSOK SEORANG IBU JANGAN SAMPAI ENGKAU MENGGORESKAN LUKA DIHATINYA)) SELAGI IA MASIH HIDUP JANGAN SAMPAI KITA SIA-SIAKAN
SOSOK SE'EKOR KUCING SAJA MESKIPUN SEDANG TERLUKA IA RELA MENYUSUI ANAKNYA''((SAHABATKU HARGAILAH SOSOK SEORANG IBU JANGAN SAMPAI ENGKAU MENGGORESKAN LUKA DIHATINYA)) SELAGI IA MASIH HIDUP JANGAN SAMPAI KITA SIA-SIAKAN
SOSOK SE'EKOR KUCING SAJA MESKIPUN SEDANG TERLUKA IA RELA MENYUSUI ANAKNYA''((SAHABATKU HARGAILAH SOSOK SEORANG IBU JANGAN SAMPAI ENGKAU MENGGORESKAN LUKA DIHATINYA)) SELAGI IA MASIH HIDUP JANGAN SAMPAI KITA SIA-SIAKANKucing melahirkan anak melalui dibedah. Selesai dgn penuh jahitan anak-anak kucing menyusui terus pada ibunya. Inilah satu pengorbanan namanya ibu walaupun ia seekor binatang.((SAHABATKU HARGAILAH SOSOK SEORANG IBU JANGAN SAMPAI ENGKAU MENGGORESKAN LUKA DIHATINYA))
SEMOGA BERMANFA'AT SETELAH ANDA MEMBACA ARTIKEL INI
kehidupan seharihari sebutan ibu tidak akan terlepas dari sosok seorang Bapak/lakilaki,
wanita disebut ibu karena punya suami lakilaki atau dipanggil “Bapak”, bahkan
panggilan seorang Ibu dalam pergaulan sering dilekatkan dengan nama suaminya, bukan
nama sebenarnya dari Ibu/wanita itu sendiri tetapi, contohnya suami namanya “Amir”
sang istri namanya”Ida”, dipanggilnya “bu Amir” bukan “bu Ida” .
Peringatan hari ibu tentunya bertujuan tidak sekedar seremonial saja, atau hanya
sekedar hurahura/ramairamai yang tidak substansial, tetapi itu harus dimaknai dengan
sungguhsungguh yang dapat menggugah dan mengingatkan kita semua betapa mulia
sebutan dan kedudukan seorang “Ibu” dalam kehidupan umat manusia, yang tentunya
hal itu bukan berarti mengabaikan peran “Bapak” .
Kemuliaan seorang ibu bahkan pernah menjadi suatu legenda yang sangat terkenal dari
daerah Sumatera Barat, yang menjadi cerita menarik penuh pesan yang baik bagi anakanak
dalam menghormati orang tuannya, yang dikenal “Legenda Malin Kundang”.
Di masa Rasulululloh Saw juga terdapat kisah seorang sahabat yang namanya Alqomah,
beliau rajin sholat, rajin puasa dan banyak bersedekah, kemudian sakit keras yang
mengalami kesusahan menjelang meninggalnya dan ketika para sahabat lainnya yang
mengunjunginya dan mentalqin dengan kalimah Laa Ilaha Illallah pada saat naza’, beliau
tidak bisa mengucapkannya, setelah dicari penyebabnya ternyata Ibu Alqomah pernah
marah kepadanya, karena ibunya merasa tersinggung tidak dipedulikan oleh Alqomah,
yang menurut ibunya Alqomah lebih mendahulukan suaminya dari pada ibunya.
Kemudian Rasululloh Saw meminta ibunya untuk memaaafkan Alqomah, agar
kematiannya mudah, tetapi sang Ibu tidak mau memaafkan. Karena sang ibu tidak mau
memaafkan anaknya, maka Rasululloh SAW mengancam akan membakar AlQomah
untuk mempercepat kematian dan menghilangkan penderitaannya. Kisah ini di sebutkan
dalam hadits yang sangat masyhur dan sering menjadi kisahkisah teladan untuk
mengajari anakanak agar berbakti pada orang tuannya, namun dalam artikel Ustadz
Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf hafidzahullah dibahas bahwa hadits tersebut
termasuk dhoif/lemah, karena terdapat perawi bernama Abul Warqo’ Fa’id bin
Abdirrahman yang merupakan salah seorang yang ditinggalkan haditsnya dan seorang
yang tertuduh berdusta….. Walaupun mungkin dhoif/lemah derajat haditsnya, saya kira
kisah ini tetap bisa menjadi cerita yang dapat menjadi ibroh/pelajaran bagi kita semua,
sebagaimana legenda Malin Kundang, bahwa seorang anak harus memuliakan orangtua,
terutama Ibunya.
Sesungguhnya Allah SWT melalui firmannya dalam Alqur’an dan Raslulloh SAW dalam
haditsnya telah memerintahkan kepada kita semua sebagai orang muslim, agar
menghormati, memuliakan, mentaati perintahnya yang tidak untuk bermaksiat kepada
Allah SWT, menyayanginya sampai akhir hayatnya, dan selalu mendo’akannya ketika
Allah SWT, menyayanginya sampai akhir hayatnya, dan selalu mendo’akannya ketika
sudah wafat.Dalam beberapa ayat Alqur’an dan Alhadits lebih ditekankan lagi terhadap
orang tua perempuan atau Ibu, sebagaimana dalam hadits berikut ini:
َعْن أَبِْيُهَرْيَرةََرِضَي اللهَُعْنهُ قَاَلَجاَءَرُجٌل إِلَىَرُسْوِلِاللهَصلَّى اللهَُعلَْيِهَوَسلََّم فَقَاَل :يَا
َرُسْوَلِالله،َمْن أََحُّق النَّاِس بُِحْسِنَصَحابَتِي؟
قَاَل أُُّمَك، قَاَل ثَُّمَمْن؟ قَاَل أُُّمَك، قَاَل ثَُّمَمْن؟ قَاَل أُُّمَك، قَاَل ثَُّمَمْن، قَاَل أَبُْوَك
Dari Abu Hurairah r.a, Rasululloh saw bersabda, “Seseorang datang kepada
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah,
kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya,
‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’
Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab,
‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no.
5971 dan Muslim no. 2548)
“Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap
seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang
ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga
kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti,
realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan
dalammenghadapi masa hamil, kesulitan ketikamelahirkan, dan kesulitan
pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu.
Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah
tidak memilikinya. (Tafsir AlQurthubi X : 239)
Sedangkan Imam AdzDzahabi rahimahullaah dalam kitabnya AlKabaair memberikan
beberapa penjelasan lebih luas tentang sosok Ibu dalam hadits tersebut :
Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolaholah
sembilan tahun.
Ibu bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan
nyawanya.
Ibu telah menyusuimu dari putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena
menjagamu.
Ibu cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu dari
padadirinya serta makanannya.
Ibu jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.
Ibu telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh
tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan
dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu.
Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta
supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras.
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak
baik.
Dia selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik secara sembunyi maupun terangterangan.
Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia
sebagai barang yang tidak berharga di sisimu.
Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar.
Engkau puas minum dalam keadaan dia kehausan.
Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu.
Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat.
Berat rasanya atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah.
Engkau kira ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek.
Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.
Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah telah mencelamu dengan
celaan yang lembut.
Engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anakanakmu kepadamu. Allah
akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin.
Mengapa Rasululloh SAW memerintahkan untuk menghormati seorang “Ibu” dalam tiga
kali dari seorang “Ayah”? Apabila kita coba cermati secara seksama, maka akan kita
temukan beberapa alasan yang mendasarinya, yang mana alasan itu juga disebutkan
dalam ayat Alqur’an maupun Alhadits.
َوَوَّصْينَا اِْلإنَساَن بَِواِلدَْيِه إِْحَساناًَحَملَتْهُ أُُّمهُُكْرهاًَوَوَضعَتْهُُكْرهاًَوَحْملُهَُوفَِصالُهُ ثََلاثُوَن
َشْهراًَحتَّى إِذَا بَلََغ أَُشدَّهَُوبَلََغ أَْربَِعيَنَسنَةً قَاَلَرِّب أَْوِزْعنِي أَْن أَْشُكَر نِْعَمتََك الَّتِي أَْنعَْمَت
َعلََّيَوَعلَىَواِلدََّيَوأَْن أَْعَمَلَصاِلحاً تَْرَضاهَُوأَْصِلْحِلي فِي ذُِّريَّتِي إِنِّي تُْبُت إِلَْيَكَوإِنِّي
ِمَن اْلُمْسِلِميَن
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah
aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh
yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orangorang yang berserah diri.” (Qs. AlAhqaaf
: 15)
َوَوَّصْينَا اِْلإنَساَن بَِواِلدَْيِهَحَملَتْهُ أُُّمهَُوْهناًَعلَىَوْهٍنَوفَِصالُهُ فِيَعاَمْيِن أَِن اْشُكْرِلي
َوِلَواِلدَْيَك إِلََّي اْلَمِصيُر
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah
kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah
kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)
Kedua ayat tersebut kalau kita cermati, terdapat tiga pekerjaan yang dilakukan seorang
ibu, yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang ayah, dan pekerjaan ketiganya
merupakan pekerjaan yang berat. Namun demikian jika itu dilakukan dengan senang,
sabar, dan dalam rangka mencari ridlo Alloh SWT, maka pekerjaan itu merupakan bagian
dari jihad seorang ibu, yang pahalanya sungguh luar biasa diberikan oleh Alloh SWT.
1. Ibu “mengandung” bayi
Pekerjaan “mengandung” memang hanya diberikan oleh Alloh SWT kepada seorang
wanita, makanya “rahim” sebagai tempat mengandung juga hanya dipunyai dan melekat
dalam tubuh seorang wanita, yang letaknya pada bagian perut, sedangkan seorang lakilaki,
walaupun samasama mempunyai perut, tetapi tidak diciptakan rahim di dalamnya.
Oleh karenanya, ketika sepasang suami istri ingin mempunyai anak, kemudian Alloh SWT
mengabulkan dan mentakdirkannya, maka setelah terjadi pertemuan antara sel sperma
yang dimiliki lakilaki dengan sel telur yang dimiliki perempuan, yang hasil pertemuan itu
dinamakan “pembuahan” kemudian menghasilkan “janin”, maka secara automatically
janin tersebut tersimpan dalam rahim sang istri. Di dalam rahim itulah janin akan tumbuh
terus dengan mendapatkan asupan makanan dan oksigen dari ibu yang mengandungnya
melalui saluran plasenta yang letaknya di dalam rahim itu juga.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)"(23:1213).
Seiring dengan perjalanan waktu dengan izin Alloh SWT janin akan tumbuh semakin
besar menuju bentuk yang sempurna(bayi/manusia kecil) dengan dilengkapi berbagai
perangkat yang melekat pada tubuhnya, persis seperti yang dimiliki oleh ayah dan
ibunya, dan saat itu juga berat badan bayi semakin bertambah berat, maka disitulah
beban yang harus dibawa seorang ibu semakin berat juga.
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik."
Seorang ibu harus mengandung bayi tersebut dan terus membawanya kemanapun dia
pergi, yang tidak mungkin dititipkan pada orang lain atau ditaruh /diletakkan di tempat
tertentu untuk sementara waktu agar tidak lelah membawanya kesana kemari. Pekerjaan
itu harus ibu lakukan sendiri, tidak ada orang lain atau bahkan suaminya sendiri yang
bisa membantu membawa sang bayi yang ada dalam kandungannya, itu harus dia alami
selama kurang labih sembilan bulan sepuluh hari,dan semakin mendekati hari kelahiran,
akan semakin lemah dan bertambah kepayahan.
Sungguh luar biasa perjuangan seorang ibu yang mengandung anaknya, maka ingatlah
kepada Alloh SWT dan jangan lupakan orang tua terutama ibumu
2. Ibu “melahirkan” bayi
Ketika bayi yang ada dalam kandungan sudah sempurna bentuknya, dan sudah saatnya
melihat dunia luar, maka sang Ibu harus berjuang dengan taruhan nyawa untuk
mengeluarkan bayi tersebut, yang proses itu disebut”melahirkan“. Proses melahirkan
merupakan pekerjaan yang hanya dimiliki dan harus ditanggung oleh seorang wanita/ibu,
sebagai konsekuensi dari mengandung bayi.
Prosesnya melahirkan sangat luar biasa sakitnya, terutama disaatsaat bayi membuka
pintu keluar bagi dirinya sedikitdemi sedikit atau yang sering disebut “kontraksi” sampai
saat bayi mendapatkan pintu yang lebar untuk keluar dengan mudah. Saat itulah sang
ibu menahan dan melepas nafas, menahan sakit, bahkan ada yang sampai tidak sadar
menggigit orang yang ada didekatnya hingga berdarah, karena saking sakitnya.
Maka sebagai seorang muslim/muslimah pada saat melahirkan harus banyak berdzikir,
menyebut nama Allah SWT, dan sang suami beserta keluarganya berdo’a meminta
kemudahan dan keselamatan ibu dan anaknya agar bisa lahir dengan lancar.
Begitu beratnya perjuangan saat melahirkan, jika atas takdir Alloh SWT kemudian sang
ibu muslim meninggal, maka termasuk dalam kategori mati syahid, Subhanalloh.
“Syuhada’ (orangorang mati syahid) yang selain terbunuh di jalan Allah itu
ada tujuh: Korban wabah tha’un adalah syahid, mati tenggelam adalah
syahid, penderita penyakit lambung (semacam liver) adalah syahid, mati
karena penyakit perut adalah syahid, korban kebakaran adalah syahid, yang
mati tertimpa reruntuhan adalah syahid, dan seorang wanita yang meninggal
karena melahirkan adalah syahid.” (HR. Malik, Ahmad, Abu Dawud, dan alnasai,
juga Ibnu Majah. Berkata Syu’aib Al Arnauth: hadits shahih).
Walaupun pada zaman sekarang, seiring dengan perkembangan teknologi kedokteran,
seorang wanita yang akan melahirkan tidak harus melalui jalan keluar yang normal,
dengan alasan kondisi sang ibu dan bayinya atau alasan medis lainnya, mengeluarkan
bayi dari kandungan sang ibu bisa melalui cara pembedahan perut, yang barang kali bisa
dibilang menjadi trend melahirkan jaman sekarang, karena pada saat dilakukan operasi
bedah, sang ibu akan dibius, sehingga tidak merasakan sakit, sedangkan dalam
melahirkan secara normal, sang ibu tidak mungkin dibius, karena dia harus aktif untuk
mendorong bayi keluar dengan tekanan pernafasannya. Tetapi bagaimanapun juga
dalam proses operasi pembedahan yang menjadi taruhan nyawa juga sang ibu. Itulah
perjuangan seorang wanita/ibu dalam melahirkan bayi.
Sungguh luar biasa perjuangan seorang ibu yang melahirkan anaknya, maka ingatlah
kepada Allah SWT dan jangan lupakan orang tua terutama ibumu.
3. Ibu”menyusui dan mengasuh ” bayi
Setalah bayi keluar dari kandungan, sang ibu juga tidak beristirahat begitu saja, tetapi dia
harus menyusuinya setiap saat dan setiap waktu bayi itu kelaparan, karena pada saat
umur masih dibawah 3(tiga) bulan lambung sang bayi belum begitu kuat menerima
makanan, selain dalam bentuk susu, dan air susu ibu(ASI) mempunyai kandungan yang
luar biasa, selain mengenyangkan juga memberi antibody bagi sang anak dari serangan
penyakit. Islam memerintahkan sang ibu menyusui anak dalam waktu 2(dua) tahun, dan
Belum lagi kalau malam hari harus terjaga, karena bayi biasanya sering bangun malammalam,
menangis dan rewel… maka sang ibu yang masih dalam kondisi kelelahan pada
saat melahirkan atau kurang tidur harus bangun menyusuinya untuk menenangkan,
apabila masih tetap menangis harus menggendongnya,menghiburnya, mengayunayunnya
sambil mata sang ibu menahan kantuk dan itupun dilakukannya dengan ikhlash
dan kasih sayang…disaat yang sama terkadang sang ayah masih terlelap tidur..seolah
tidak peduli.
Kalau sang bayi buang kotoran atau buang air kecil(ngompol)….…sang ibu juga akan
dengan sabar membersihkannya dalam setiap saat dan setiap waktu..tanpa merasa jijik
dan menyesal, tetapi dilakukan dengan senang hati.
Disaat sang ibu harus melakukan pekerjaan lain seperti memasak, menyapu, mencuci
piring, harus sambil mengendong bayi yang tidak mau ditidurkan ditempat tidur.
Namun ada juga seorang ibu yang membuang bayinya karena malu atau tega menyakiti
bayinya karena punya persoalan kemisikinan, bertengkar dengan suaminya, atau bahkan
ada yang tega membunuhnya, tetapi perbuatan itu semua merupakan perbuatan yang
diluar kenormalan manusia atau ketidakwajaran pada umumnya sebagai seorang ibu.
Ada pepatah “sebuasbuas harimau tidak akan memakan anaknya”.
4. Ibu “mendidik” anak
Pendidikan usia dini sangatlah penting bagi perkembangan seorang anak, dan kedekatan
seorang anak tentunya lebih kepada ibunya dibanding pada ayahnya, karena jika ibunya
tidak bekerja diluar rumah, maka hampir setiap saat dan setiap waktu akan mendapatkan
belaian sang ibu, sedangkan sang ayah yang mencari nafkah diluar rumah terkadang
jarang bertemu. Kedekatan ibu terhadap anaknya inilah yang lebih mudah memberi
pengajaran kepada anak, dan pendidikan seorang ibu kepada anaknya terbukti lebih
berhasil.
Banyak peristiwa yang terjadi diamana seorang ibu yang berpisah dengan suaminya,
entah karena suami meninggal atau perceraian, tetapi sang ibu tetap tegar, mandiri dan
berhasil mengantarkan anakanaknya dewasa serta meraih kesuksesan, walaupun harus
merangkap sebagai kepala keluarga yang harus mencari nafkah buat diri dan anakanaknya,
yang hal itu sangat berbeda dengan seorang suami yang berpisah dengan
istrinya. Makanya ada guyonan” jika istri berpisah dengan suami lebih banyak memikirkan
pendidikan anakanaknya, tetapi jika suami berpisah dengan istri lebih berfikir bagaimana
dan kapan mencari pengganti ibunya anakanak”
Demikianlah Artikel SOSOK SE'EKOR KUCING SAJA MESKIPUN SEDANG TERLUKA IA RELA MENYUSUI ANAKNYA''((SAHABATKU HARGAILAH SOSOK SEORANG IBU JANGAN SAMPAI ENGKAU MENGGORESKAN LUKA DIHATINYA)) SELAGI IA MASIH HIDUP JANGAN SAMPAI KITA SIA-SIAKAN
Sekianlah artikel SOSOK SE'EKOR KUCING SAJA MESKIPUN SEDANG TERLUKA IA RELA MENYUSUI ANAKNYA''((SAHABATKU HARGAILAH SOSOK SEORANG IBU JANGAN SAMPAI ENGKAU MENGGORESKAN LUKA DIHATINYA)) SELAGI IA MASIH HIDUP JANGAN SAMPAI KITA SIA-SIAKAN kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel SOSOK SE'EKOR KUCING SAJA MESKIPUN SEDANG TERLUKA IA RELA MENYUSUI ANAKNYA''((SAHABATKU HARGAILAH SOSOK SEORANG IBU JANGAN SAMPAI ENGKAU MENGGORESKAN LUKA DIHATINYA)) SELAGI IA MASIH HIDUP JANGAN SAMPAI KITA SIA-SIAKAN dengan alamat link https://gakbosan.blogspot.com/2016/05/sosok-se-kucing-saja-meskipun-sedang.html
0 Response to "SOSOK SE'EKOR KUCING SAJA MESKIPUN SEDANG TERLUKA IA RELA MENYUSUI ANAKNYA''((SAHABATKU HARGAILAH SOSOK SEORANG IBU JANGAN SAMPAI ENGKAU MENGGORESKAN LUKA DIHATINYA)) SELAGI IA MASIH HIDUP JANGAN SAMPAI KITA SIA-SIAKAN "
Post a Comment