Judul : Baby Doing Pull Ups | gakbosan.blogspot.com | gakbosan.blogspot.com
link : Baby Doing Pull Ups | gakbosan.blogspot.com | gakbosan.blogspot.com
Baby Doing Pull Ups | gakbosan.blogspot.com | gakbosan.blogspot.com
Strong baby doing pull ups
Baby Doing Pull Ups
Demikianlah Artikel Baby Doing Pull Ups | gakbosan.blogspot.com | gakbosan.blogspot.com
Sekianlah artikel Baby Doing Pull Ups | gakbosan.blogspot.com | gakbosan.blogspot.com kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Baby Doing Pull Ups | gakbosan.blogspot.com | gakbosan.blogspot.com dengan alamat link https://gakbosan.blogspot.com/2016/12/baby-doing-pull-ups-gakbosanblogspotcom.html
Akhir pekan lalu media sosial ramai membahas aksi remaja Shafa Aliya yang melabrak seseorang yang dianggap selingkuhan sang ayah di mal. Selingkuhan yang dimaksud adalah artis Jennifer Dunn.
ReplyDeleteFenomena perpisahan orangtua karena orang ketiga bisa terjadi di kalangan mana pun. Terlepas dari perseteruan antara Shafa Aliya dan Jennifer Dunn, mungkin ada juga remaja lain yang pernah mengalami kondisi serupa, melihat atau bertemu selingkuhan ortu. Lantas, apa yang sebaiknya seorang remaja lakukan ketika bertemu selingkuhan ortu?
Psikolog keluarga Anna Surti Ariani kurang menyarankan untuk melabrak selingkuhan papa. Bila memang amarah sudah hampir meledak saat bertemu orang itu, disarankan untuk mencoba menenangkan diri.
"Tergantung ketemunya saat apa. Kalau di pertemuaan umum pasti berbeda dengan pertemuan biasa. Lalu, ketemu pas ada papa juga beda kan sama ketemu dengan orang itu sendirian. Overall, tenangkan diri, jangan merugikan diri (jangan sampai meledak marah). Nanti pas ketemu papa baru ngomong," katanya.
Psikolog yang akrab disapa Nina ini berpesan, daripada pusing mengurus atau menguntit pelakor (perebut laki orang), lebih baik individu yang mengalami hal itu berbicara langsung ke papa.
"Lebih disarankan untuk si remaja bisa bicara terbuka tentang kemarahannya kepada papanya," kata Nina saat dihubungi Health-Liputan6.com pada Rabu (22/11/2017).
Di sisi lain, Nina juga mengingatkan fase remaja merupakan masa-masa ketika individu sulit mengatur kemarahan. Tak heran bila remaja emosinya mudah meledak.
"Oleh karena itu penting bagi remaja ini punya teman yang bisa mendampingi pada saat ia marah besar," pesan Nina.
Selain teman, orang dewasa di sekitarnya juga perlu sensitif untuk memahami perasaan, juga mendampinginya. Dengan begitu, emosi remaja bisa tersalurkan.