Judul : Stigma di Sekitar Kita - Dipandang Sebelah Mata Dari Sekolah Sampai Bekerja
link : Stigma di Sekitar Kita - Dipandang Sebelah Mata Dari Sekolah Sampai Bekerja
Stigma di Sekitar Kita - Dipandang Sebelah Mata Dari Sekolah Sampai Bekerja
Halo Kaskuser,
setelah sekian juta tahun, akhirnya ane nulis lagi. Sebelumnya maaf kalo udah pernah ada topik serupa. Kali ini ane mau bahas soal stigma alias pandangan sebelah mata yang sering kita lihat, sejak sekolah hingga bekerja. Suka nggak suka, pandangan semacam ini udah jadi bagian dari pola pikir masyarakat kita gan..
Yuk langsung aja cekidot:
1. SMK? Nggak dapet SMA ya?
2. IPS? Pasti nggak sanggup masuk IPA
3. Kampus Swasta? Nggak keterima negeri ya?
4. Kok nggak kerja kantoran?
Udin (bukan nama sebenarnya) masih goler-goler di rumah. Padahal istrinya udah berangkat kerja sejak 2 jam yang lalu, menerjang kejamnya lalu lintas Jakarta. Merasa lapar, Udin beranjak ke dapur, di mana dia bertemu dengan Ibunya. "Kamu tuh mbok ya cari kerja yang bener, jangan cuma luntang lantung nggak jelas, ketemu orang sana sini, nongkrong sampe lupa waktu".
Udin cuma diam. Yang menurut Ibunya luntang lantung dan nongkrong itu, baginya adalah bekerja. Di sana dia ketemu klien dari berbagai perusahaan besar. Di sana jugalah dia menjual ide-ide kreatifnya untuk digunakan si perusahaan biar bisa mendongkrak penjualan.
Penghasilan Udin bukannya sedikit. Mobil keluaran terbaru yang dikendarai istrinya ke tempat kerja itupun hasilnya luntang lantung dan nongkrong. Tapi dia tetap dianggap sebelah mata, karena dia nggak pake kemeja rapi, celana licin, sepatu mengkilap, dan berangkat ke kantor tiap pagi. Udin memilih jalannya sebagai Independent Creative Planner. Karena Ia suka berkreasi, Ia tak mau idenya hanya bermanfaat bagi satu pihak saja, dan yang terpenting, Ia tak mau terikat pada aturan dan jam kerja.
Stigma bukan hal baru bagi Udin. Orangtuanya seringkali mendorongnya untuk cari pekerjaan yang lebih pasti. Ayahnya bahkan berkali-kali memaksanya ikut tes PNS, yang selalu Ia jawab "nggak tertarik". Tetangga pun sering menganggapnya pengangguran. Bahkan beberapa kali Ia ditolak oleh Bank, mulai dari mengajukan permohonan kartu kredit hingga kredit rumah. Alasannya, Ia tak punya pekerjaan tetap.
5. Oh masih karyawan kontrak?
Itu tadi gan, 5 stigma yang berhasil ane amati. Kalo kaskuser punya tambahan dipersilakan banget, biar tritnya ramay kaya di pantay
Thanks Kaskus!
setelah sekian juta tahun, akhirnya ane nulis lagi. Sebelumnya maaf kalo udah pernah ada topik serupa. Kali ini ane mau bahas soal stigma alias pandangan sebelah mata yang sering kita lihat, sejak sekolah hingga bekerja. Suka nggak suka, pandangan semacam ini udah jadi bagian dari pola pikir masyarakat kita gan..
Spoiler for ternyata hate:
Yuk langsung aja cekidot:
1. SMK? Nggak dapet SMA ya?
Spoiler for satu:
Ini mungkin salah satu balada yang sering dialami anak SMK. Berbagai macam stigma seringkali mereka peroleh. Anak nakal lah, anak nggak mampu lah, sekolah nyantai lah, dan sebagainya. Nggak jarang SMK dianggap sebagai pilihan cadangan karena nggak keterima SMA. Padahal pandangan semacam itu udah ketinggalan jaman, gan. Lihat buktinya sekarang. Anak SMK udah banyak yang bisa ngehasilin banyak karya. Lebih mantapnya lagi, begitu lulus mereka udah lebih siap menghadapi dunia kerja. Lanjut kuliah di jurusan yang sejalur pun sagat dimungkinkan. Dan percaya nggak percaya, alumni SMK yang berhasil lulus sampai Sarjana kebanyakan bisa bener-bener menguasai suatu bidang.
Saking kentalnya stigma terhadap SMK ini, beberapa waktu lalu sampe ada Hot Thread yang ngebahas khusus soal ini.
Spoiler for SMK bisa apahhh:
Saking kentalnya stigma terhadap SMK ini, beberapa waktu lalu sampe ada Hot Thread yang ngebahas khusus soal ini.
2. IPS? Pasti nggak sanggup masuk IPA
Spoiler for dua:
Beberapa tahun yang lalu, adek ane dipanggil ke ruang BP. Adek ane bukan anak nakal, dia nggak pernah bolos, berantem, apalagi tawuran. Paling banter juga nyontek, itupun nggak pernah ketahuan . Alasan dia dipanggil BP adalah ditanya "Kamu yakin ambil IPS?". Adek ane menjawab dengan mantap "yakin pak, saya mau lanjut kuliah komunikasi dan jadi wartawan". Guru-guru pun makin keheranan. Menurut mereka, nilai adek ane cukup untuk masuk IPA, dan lulusan IPA pun bisa ambil jurusan sosial saat kuliah nanti. Beruntung pendirian dia udah teguh. "Kakak saya (ane maksudnya) bilang, jurusan sosial emang bisa diambil anak IPA, tapi tetep aja mata ujian masuknya meliputi sejarah, sosiologi, geografi, yang cuma bisa saya pelajari di kelas IPS. Lagian saya lebih suka pelajaran tersebut ketimbang fisika atau kimia", jawabnya mantap. Para guru nggak punya pilihan lain kecuali mengabulkan pilihannya masuk kelas IPS.
Emang gan, sekolah di SMA nggak serta merta bikin kita terbebas dari stigma. SMA jurusan IPS masih dipandang sebelah mata. Bahkan para tenaga pendidik pun menggolongkannya satu tingkat di bawah IPA, untuk menampung mereka yang nilainya nggak mencukupi untuk masuk IPA. Nggak jarang juga kelas IPS dicap sebagai gudangnya anak nakal, biang onar di sekolah. Padahal harusnya, pembagian jurusan di SMA, baik IPA atau IPS itu buat lebih ngarahin minat dan kemampuan siswa. Ketua OSIS yang jago debat politik, ya cocoknya masuk IPS, yang punya cita-cita jadi pakar ekonomi, udah jelas IPS tempatnya. Sementara IPA lebih buat mereka yang tertarik jadi dokter, fisikawan, insinyur. Jadi harusnya baik di IPA maupun IPS tetap ada anak pintar, anak biasa aja, anak nakal, bahkan anak yang kerjaannya galau melulu.
Spoiler for IPA/IPS?:
Emang gan, sekolah di SMA nggak serta merta bikin kita terbebas dari stigma. SMA jurusan IPS masih dipandang sebelah mata. Bahkan para tenaga pendidik pun menggolongkannya satu tingkat di bawah IPA, untuk menampung mereka yang nilainya nggak mencukupi untuk masuk IPA. Nggak jarang juga kelas IPS dicap sebagai gudangnya anak nakal, biang onar di sekolah. Padahal harusnya, pembagian jurusan di SMA, baik IPA atau IPS itu buat lebih ngarahin minat dan kemampuan siswa. Ketua OSIS yang jago debat politik, ya cocoknya masuk IPS, yang punya cita-cita jadi pakar ekonomi, udah jelas IPS tempatnya. Sementara IPA lebih buat mereka yang tertarik jadi dokter, fisikawan, insinyur. Jadi harusnya baik di IPA maupun IPS tetap ada anak pintar, anak biasa aja, anak nakal, bahkan anak yang kerjaannya galau melulu.
Spoiler for IPS bisa apahhhh:
3. Kampus Swasta? Nggak keterima negeri ya?
Spoiler for tiga:
Begitu lulus SMA, biasanya kita berburu universitas. Dan biasanya lagi, seleksi masuk universitas negeri selalu banjir peminat. Btw OOT dikit, soal seleksi ini, jaman ane namanya SPMB, tahun sebelumnya masih UMPTN, terus berubah jadi SNMPTN. Entah sekarang namanya apa, semoga bukan SPBU
Ok kembali ke topik. Banyak anak yang "terpaksa" kuliah di kampus swasta karena "gagal" bersaing masuk universitas negeri. Kenapa ane kasih tanda petik, karena mereka nggak sepenuhnya gagal atau terpaksa. Satu-satunya keterpaksaan menurut ane adalah biaya kuliah di kampus swasta yang relatif lebih mahal. Itupun di kampus negeri juga sebetulnya banyak yang mahal.
ini kampus negeri apa swasta gan?
Padahal soal kualitas, kampus swasta dan negeri nggak jauh berbeda. Sebut aja Universitas Parahyangan di Bandung, atau BINUS di Jakarta, dan masih banyak lagi sederet kampus swasta dengan prestasi mentereng. Yang terpenting saat memilih tempat kuliah adaah: SESUAI DENGAN MINAT. Bukan karena gengsi dengan nama kampusnya. Apa gunanya kerja di kampus negeri yang namanya berkibar, tapi di jurusan yang kita sendiri nggak paham, nggak tau belajar apaan, pada akhirnya susah lulus, dan kalopun bisa lulus akan bingung kerja apa karena ilmu dari kuliahnya sama sekali nggak nempel.
Ane dulu keterima jurusan yang ane suka di salah satu kampus swasta, sekaligus jurusan yang ane nggak tau bakal belajar apaan, tapi di kampus negeri yang namanya super terkenal. Dari pertimbangan banyak orang, ane akhirnya memutuskan buat kuliah di kampus negeri. Hasilnya, ane nggak paham apa-apa, dan cuma bertahan setahun di sana sebelum akhirnya ikut seleksi perguruan tinggi lagi di tahun depannya.
Ok kembali ke topik. Banyak anak yang "terpaksa" kuliah di kampus swasta karena "gagal" bersaing masuk universitas negeri. Kenapa ane kasih tanda petik, karena mereka nggak sepenuhnya gagal atau terpaksa. Satu-satunya keterpaksaan menurut ane adalah biaya kuliah di kampus swasta yang relatif lebih mahal. Itupun di kampus negeri juga sebetulnya banyak yang mahal.
Spoiler for ilustrasi:
ini kampus negeri apa swasta gan?
Padahal soal kualitas, kampus swasta dan negeri nggak jauh berbeda. Sebut aja Universitas Parahyangan di Bandung, atau BINUS di Jakarta, dan masih banyak lagi sederet kampus swasta dengan prestasi mentereng. Yang terpenting saat memilih tempat kuliah adaah: SESUAI DENGAN MINAT. Bukan karena gengsi dengan nama kampusnya. Apa gunanya kerja di kampus negeri yang namanya berkibar, tapi di jurusan yang kita sendiri nggak paham, nggak tau belajar apaan, pada akhirnya susah lulus, dan kalopun bisa lulus akan bingung kerja apa karena ilmu dari kuliahnya sama sekali nggak nempel.
Ane dulu keterima jurusan yang ane suka di salah satu kampus swasta, sekaligus jurusan yang ane nggak tau bakal belajar apaan, tapi di kampus negeri yang namanya super terkenal. Dari pertimbangan banyak orang, ane akhirnya memutuskan buat kuliah di kampus negeri. Hasilnya, ane nggak paham apa-apa, dan cuma bertahan setahun di sana sebelum akhirnya ikut seleksi perguruan tinggi lagi di tahun depannya.
Spoiler for yang penting hepi dan lulus gan:
4. Kok nggak kerja kantoran?
Spoiler for empat:
Udin (bukan nama sebenarnya) masih goler-goler di rumah. Padahal istrinya udah berangkat kerja sejak 2 jam yang lalu, menerjang kejamnya lalu lintas Jakarta. Merasa lapar, Udin beranjak ke dapur, di mana dia bertemu dengan Ibunya. "Kamu tuh mbok ya cari kerja yang bener, jangan cuma luntang lantung nggak jelas, ketemu orang sana sini, nongkrong sampe lupa waktu".
Spoiler for anggep aja si udin:
Udin cuma diam. Yang menurut Ibunya luntang lantung dan nongkrong itu, baginya adalah bekerja. Di sana dia ketemu klien dari berbagai perusahaan besar. Di sana jugalah dia menjual ide-ide kreatifnya untuk digunakan si perusahaan biar bisa mendongkrak penjualan.
Penghasilan Udin bukannya sedikit. Mobil keluaran terbaru yang dikendarai istrinya ke tempat kerja itupun hasilnya luntang lantung dan nongkrong. Tapi dia tetap dianggap sebelah mata, karena dia nggak pake kemeja rapi, celana licin, sepatu mengkilap, dan berangkat ke kantor tiap pagi. Udin memilih jalannya sebagai Independent Creative Planner. Karena Ia suka berkreasi, Ia tak mau idenya hanya bermanfaat bagi satu pihak saja, dan yang terpenting, Ia tak mau terikat pada aturan dan jam kerja.
Spoiler for ketemu klien jadi ganteng?:
Stigma bukan hal baru bagi Udin. Orangtuanya seringkali mendorongnya untuk cari pekerjaan yang lebih pasti. Ayahnya bahkan berkali-kali memaksanya ikut tes PNS, yang selalu Ia jawab "nggak tertarik". Tetangga pun sering menganggapnya pengangguran. Bahkan beberapa kali Ia ditolak oleh Bank, mulai dari mengajukan permohonan kartu kredit hingga kredit rumah. Alasannya, Ia tak punya pekerjaan tetap.
5. Oh masih karyawan kontrak?
Spoiler for lima:
Agan kerja kantoran? Bukan berarti agan selamat dari stigma. Sering kita ditanya, "kerja di mana", dan setelah itu akan muncul pertanyaan berikutnya "udah tetap apa masih kontrak?" Hal ini diperparah lagi sama mindset perusahaan yang memaksimalkan hak-hak untuk pegawai tetap, dan menganaktirikan yang masih kontrak. Dan lagi-lagi, kalo agan berurusan dengan Bank, status yang "masih kontrak" ini nggak jarang jadi pengganjal.
Spoiler for di.. to... lak...:
Itu tadi gan, 5 stigma yang berhasil ane amati. Kalo kaskuser punya tambahan dipersilakan banget, biar tritnya ramay kaya di pantay
Spoiler for tambahan kaskuser:
Quote:Original Posted By arjunaperjaka85►
belum nikah?
ga laku ya?
kadang itu jg sering ane denger gan,padahal bukanya ga laku,tp mau ngejar karir dulu..
Quote:Original Posted By balagendir ►
Kasian pake sepeda, ga sanggup beli motor/mobil ya?
Jajannya ubi bukan mekdi, kampungan.
Ga kaget Om, di luaran sana banyak yang pemikiranya sempit.
Quote:Original Posted By achep85 ►
manusia emang paling bawel, sampe orang meninggal aja ditanyin meninggalnya kenapa?
Quote:Original Posted By hobbitfox ►
umur 25 kok belom nikah??....buat cewek
belum nikah?
ga laku ya?
kadang itu jg sering ane denger gan,padahal bukanya ga laku,tp mau ngejar karir dulu..
Quote:Original Posted By balagendir ►
Kasian pake sepeda, ga sanggup beli motor/mobil ya?
Jajannya ubi bukan mekdi, kampungan.
Ga kaget Om, di luaran sana banyak yang pemikiranya sempit.
Quote:Original Posted By achep85 ►
manusia emang paling bawel, sampe orang meninggal aja ditanyin meninggalnya kenapa?
Quote:Original Posted By hobbitfox ►
umur 25 kok belom nikah??....buat cewek
Spoiler for komeng pilihan:
Quote:Original Posted By orochimori►
Stigma-stigma itu muncul dari generasi orangtua diatas generasi milenial, generasi orangtua kita, yang lahir pada tahun 50-60an, wajar lah karena mereka khan berpikir berdasar pengalaman hidup mereka pada masanya, tanpa sadar bahwa peradaban dan budaya generasi anak-anak mereka sudah jauh berbeda.. di-iya-in aj,di-heehm-in aja, jikapun perlu mendebat, dengan cara yang halus dan jangan menyakiti orang-orang yang lebih tua dari kita itu ya gan
Quote:Original Posted By mbewehkill666 ►
paradigma2 kek gitu emag masih bertahan ampe skrg berray semoga semakin open minded
Stigma-stigma itu muncul dari generasi orangtua diatas generasi milenial, generasi orangtua kita, yang lahir pada tahun 50-60an, wajar lah karena mereka khan berpikir berdasar pengalaman hidup mereka pada masanya, tanpa sadar bahwa peradaban dan budaya generasi anak-anak mereka sudah jauh berbeda.. di-iya-in aj,di-heehm-in aja, jikapun perlu mendebat, dengan cara yang halus dan jangan menyakiti orang-orang yang lebih tua dari kita itu ya gan
Quote:Original Posted By mbewehkill666 ►
paradigma2 kek gitu emag masih bertahan ampe skrg berray semoga semakin open minded
Spoiler for komeng koplak:
Quote:Original Posted By setugel►
Ngakak tu kelakuan udin kejem bener gan..musti di seret di jalanan,biar otongnya di amputasi..
Ngakak tu kelakuan udin kejem bener gan..musti di seret di jalanan,biar otongnya di amputasi..
Spoiler for sumur:
teks: pemikiran sendiri dipadu curhat
gambar: mbah gugel
gambar: mbah gugel
Spoiler for petuah bijak TS:
Berpikiran luaassss
Berhenti menghakimi
Lebih dermawan kasih cendol
Berhenti menghakimi
Lebih dermawan kasih cendol
Thanks Kaskus!
Kenyataan memang pahit gan.. Dulu mantan ane lebih seneng kerja jadi pegawai dibandingin usaha..
Usaha kga, jadi pegawai pun enggan.. Akhirnya kandas juga
Usaha kga, jadi pegawai pun enggan.. Akhirnya kandas juga
Ngakak tu kelakuan udin kejem bener gan..musti di seret di jalanan,biar otongnya di amputasi..
Kebanyakaaan pandangan orang seperti itu gan, padahal gak tau yg sebenarnya gimana..
Mulut tetangga tuh yang suka usil
Jangan dengerkan kata orang gan, belum tentu tu orang lebih baik
Bener, ane pernah ngalamin gan
hmmm
wah bener banget tuh yang si udin
ada dulu tetangga gua kerjaannya cuma dirumah, ngopi, ngerokok, nongkrong sama tetangga ya gitu doang dikata tetangga pengangguran, tapi punya mobil, rumahnya juga lumayan gede eh ternyata dia kerja sebagai internet marketing gitu dan kerjanya dirumah yang bikin gua kaget gaji 60jt/bulan itupun dia ada usaha lain.
jaman sekarang kerjaan diliat orang yang keren mah pake setelan kantoran, bawa tas pergi pagi pulang malem tapi gaji nggak seberapa
ada dulu tetangga gua kerjaannya cuma dirumah, ngopi, ngerokok, nongkrong sama tetangga ya gitu doang dikata tetangga pengangguran, tapi punya mobil, rumahnya juga lumayan gede eh ternyata dia kerja sebagai internet marketing gitu dan kerjanya dirumah yang bikin gua kaget gaji 60jt/bulan itupun dia ada usaha lain.
jaman sekarang kerjaan diliat orang yang keren mah pake setelan kantoran, bawa tas pergi pagi pulang malem tapi gaji nggak seberapa
ditempat ane dulu Ips ama Ipa udah kek air api gan, kelas 1 temen pasa naek ke kelas 2 jd rival abadi, gk mau kalah gengsi dolo Ipa ditempat ane,
Dipandang sebelah mata?
Mungkin yang mandang matanya buta atau kelilipan sebelah
Mungkin yang mandang matanya buta atau kelilipan sebelah
Stigma-stigma itu muncul dari generasi orangtua diatas generasi milenial, generasi orangtua kita, yang lahir pada tahun 50-60an, wajar lah karena mereka khan berpikir berdasar pengalaman hidup mereka pada masanya, tanpa sadar bahwa peradaban dan budaya generasi anak-anak mereka sudah jauh berbeda.. di-iya-in aj,di-heehm-in aja, jikapun perlu mendebat, dengan cara yang halus dan jangan menyakiti orang-orang yang lebih tua dari kita itu ya gan
ane suka eksakta tapi ga dapet IPA..
bener juga ane ga suka A to Z, sukanya kalo mood full kerja, ga mood ya udah tinggalin
W mah anak SMK dan w bangga bree...
paradigma2 kek gitu emag masih bertahan ampe skrg berray semoga semakin open minded
Yang nomor 1 itu kebangetan
Yang nomor 2 itu masih sangat menjadi masalah sosial dikalangan pelajar SMA, kebetulan saya bukan orang yang memihak di IPA/IPS.
Yang nomor 2 itu masih sangat menjadi masalah sosial dikalangan pelajar SMA, kebetulan saya bukan orang yang memihak di IPA/IPS.
Quote:Original Posted By sam.ang.k ►
Jangan dengerkan kata orang gan, belum tentu tu orang lebih baik
susah gan, kelihatanya aja gampang. Apalagi yang dari orang tua & keluarga, misal kuliah suka teknik ato lainnya tp dipaksa masuk kedokteran, kita jadi anak gabisa apa2. Uda ngasi penjelasan tp tetep dipaksa, mau gimana lagi
Jangan dengerkan kata orang gan, belum tentu tu orang lebih baik
susah gan, kelihatanya aja gampang. Apalagi yang dari orang tua & keluarga, misal kuliah suka teknik ato lainnya tp dipaksa masuk kedokteran, kita jadi anak gabisa apa2. Uda ngasi penjelasan tp tetep dipaksa, mau gimana lagi
belum nikah?
ga laku ya?
kadang itu jg sering ane denger gan,padahal bukanya ga laku,tp mau ngejar karir dulu..
ga laku ya?
kadang itu jg sering ane denger gan,padahal bukanya ga laku,tp mau ngejar karir dulu..
Kasian pake sepeda, ga sanggup beli motor/mobil ya?
Jajannya ubi bukan mekdi, kampungan.
Ga kaget Om, di luaran sana banyak yang pemikiranya sempit.
Jajannya ubi bukan mekdi, kampungan.
Ga kaget Om, di luaran sana banyak yang pemikiranya sempit.
Quote:Original Posted By arjunaperjaka85 ►
belum nikah?
ga laku ya?
kadang itu jg sering ane denger gan,padahal bukanya ga laku,tp mau ngejar karir dulu..
Bahaya juga nih....
Via: Kaskus.co.id
belum nikah?
ga laku ya?
kadang itu jg sering ane denger gan,padahal bukanya ga laku,tp mau ngejar karir dulu..
Bahaya juga nih....
Demikianlah Artikel Stigma di Sekitar Kita - Dipandang Sebelah Mata Dari Sekolah Sampai Bekerja
Sekianlah artikel Stigma di Sekitar Kita - Dipandang Sebelah Mata Dari Sekolah Sampai Bekerja kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Stigma di Sekitar Kita - Dipandang Sebelah Mata Dari Sekolah Sampai Bekerja dengan alamat link https://gakbosan.blogspot.com/2016/04/stigma-di-sekitar-kita-dipandang.html
0 Response to "Stigma di Sekitar Kita - Dipandang Sebelah Mata Dari Sekolah Sampai Bekerja"
Post a Comment