Judul : Teuku Markam, Saudagar Aceh Penyumbang 38 Kilogram Emas di Monas
link : Teuku Markam, Saudagar Aceh Penyumbang 38 Kilogram Emas di Monas
Teuku Markam, Saudagar Aceh Penyumbang 38 Kilogram Emas di Monas
Tokoh ini menyumbangkan 28 dari 38 kilogram emas yang ada di Monas.21-01-2015 01:15 | rajaenda UserID: 4781119 |
---|---|
Quote: Tokoh Inilah Penyumbang Emas di Monas Quote: Quote: Ia menyumbangkan 28 dari 38 kilogram emas yang ada di Monas. Quote:Dream - Bangunan menjulang tinggi yang terletak di pusat kota Jakarta itu tentu menjadi ikon kota yang penuh dengan segala problematikanya. Monumen Nasional atau lebih dikenal dengan Monas, merupakan bangunan sejarah yang telah lama dijadikan tempat wisata warga ibukota Jakarta. Bangunan yang mirip dengan tiang api itu memiliki ketinggian 132 meter. Dibangun pada Agustus 1959 oleh arsitek-arsitek berbakat Indonesia di antaranya Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1961. Bagian yang paling menarik saat melihat monas tentu bentuk paling ujung alias tertinggi yakni lidah api. Tahukah Anda siapa yang menyumbang emas yang menjadi lapisan lidah api tersebut? Emas yang melapisi monas nerupakan sumbangan saudagar kaya asal kota Serambi Mekah bernama Teuku Markam. Ia menyumbangkan 28 dari 38 kilogram emas yang ada di Monas. Sejak usia 9 tahun ia hidup sebatang kara. Pendidikan Markam tak begitu tinggi, Ia hanya sempat mencicipi bangku sekolah hingga kelas 4 sekolah dasar. Quote: Quote:Perjuangan hidup Markam demi meraih kesuksesan tidaklah mudah. Berbagai rintangan Ia lewati, Teuku Markam juga mengikuti pendidikan wajib militer di Kutaraja. Usai menyelesaikan pendidikannya di militer, Markam menjadi seorang kapten. Tak sampai disitu, sosok Markam juga sangat berpengaruh dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Quote: Kisah "TEUKU MARKAM" Sang Penyumbang Emas Monas di Indonesia Quote: Quote:Pernahkah terbesit di benak kalian, siapa yang menyumbang emas yang ada di Monumen Nasional atau sering dikenal sebagai Monas? Mungkin sebagian dari kalian berfikir kalau emas yang ada di ujung Monas itu adalah hasil patungan dari berbagai saudagar-saudagar kaya, pinjaman luar negeri, atau dari harta rampasan perang? Jika kalian pernah berfikir seperti itu, tentu kalian ragu. Memang, emas yang ada di atas Monumen Nasional itu adalah hasil dari sumbangan dari berbagai saudagar kaya yang ada di Indonesia pada saat itu. Namun, sebagian besar emas yang ada di Monas, adalah hasil dari sumbangan saudagar Aceh yang bernama Teuku Markam. Ia menyumbang 28 dari 38 kilogram emas yang ada di Monas. Ia adalah salah satu orang terkaya pada zaman pemerintahan Soekarno. Sebenarnya masih banyak sumbangsih yang Teuku Markam persembahkan untuk negeri kita tercinta ini. Diantaranya, membebaskan lahan Senayang untuk dijadikan sebagai pusat olahraga terbesar di Indonesia. Selain itu beliau juga memberikan dana kepada pemerintah orba untuk membangun jalan Banda Aceh-Medan, insfrastruktur di Aceh dan di Jawa Barat, serta pembangunan jalan-jalan yang ada di Jawa Barat. Siapakah Teuku Markam sebenarnya? Ia adalah saudagar Aceh yang lahir pada tahun 1925. Ayahnya Teuku Marhaban berasal dari kampung Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara. Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu ketika ia berusia 9 tahun. Lalu ia diasuh oleh kakanya yang bernama Cut Nyak Putroe. Ia sempat bersekolah sampai kelas 4 Sekolah Rakyat (SR). Teuku Markam kemudian tumbuh menjadi pemuda yang mengikuti pendidikan wajib militer di Kutaraja yang sekarang bernama Banda Aceh. Selama bertugas di Sumatra Utara, Teuku Markam aktif di berbagai lapangan pertempuran. Bahkan ia ikut mendamaikan pertengkaran antara pasukan Simbolon dengan pasukan Manaf Lubis. Sebagai prajurit penghubung,beliau diutus oleh Panglima Jenderal Bejo ke Jakarta untuk bertemu pimpinan pemerintah. Oleh pimpinan, Teuku Markam diutus lagi ke Bandung untuk menjadi ajudan Jenderal Gatot Soebroto. Tugas itu diembannya sampai Gatot Soebroto meninggal dunia. Tahun 1957, Teuku Markam berpangkat kapten. Ia kembali ke Banda Aceh dan mendirikan sebuah lembaga usaha yang bernama PT Karkam. Namun perjalanannya di Aceh tidak semulus yang ia duga. Di sana ia sempat bentrok dengan Teuku Hamzah (Panglima Kodam Iskandar Muda) karena disiriki oleh orang lain. Akibatnya beliau ditahan dan baru keluar tahun 1958. Petentangan Teuku Markam dengan Teuku Hamzah kemudian berhasil didamaikan. Lalu perusahaan PT. Karkam dipercaya oleh pemerintah RI mengelola rampasan perang untuk dijadikan dana revolusi. Selanjutnya Teuku Markam benar-benar berhenti menjadi tentara, kemudia ia melanjutkan karirnya dengan menggeluti usaha dengan sejumlah aset berupa kapal dan beberapa dok kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar, Surabaya. Bisnisnya semakin luas karena ia juga terjun dalam ekspor-impor dengan sejumlah Negara. Antara lain mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja, bahkan sempat mengimpor senjata atas persetujuan DEPHANKAM dan presiden. Komitmennya untuk membantu pemerintah adalah untuk mendukung pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf yang waktu itu digenjot habis-habisan oleh Soekarno. Peran Teuku Markam dalam menyukseskan KTT Asia Afrika tidak sedikit. Beliau termasuk salah satu konglomerat Indonesia yang dikenal dekat dengan pemerintahan Soekarno dan sejumlah pejabat lain. Berkat bantuan para konglomerat itulah KTT Asia Afrika berhasil memerdekakan Negara-negara yang ada di Asia dan Afrika. Namun sejarah kemudian berbalik. Peran dan sumbangan Teuku Markam dalam membangun perekonomian Indonesia seakan menjadi tak ada artinya di mata pemerintahan Soeharto. Dengan sepihak ia difitnah sebagail PKI dan dituding sebagai koruptor dan Soekarnoisme. Akibat tuduhan itu ia dipenjarakan pada tahun 1966. Ia dijebloskan ke dalam sel tanpa ada proses pengadilan. Pertama-tama ia dimasukkan ke tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba di jalan Percetakan Negara. Tak lama ia dipindahkan lagi ke tahanan Cipinang, lalu terakhir ia dipindah lagi ke tahanan Nirbaya di Pondok Gede Jakarta Timur. Pada tahun 1972 ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Soebroto selama kurang lebih dua tahun. Tak hanya di situ. Pemerintah orde baru juga merampas hak milik PT. Karkam dan merubahnya menjadi atas nama pemerintah. Itulah kisah sedih si penyumbang emas. Banyak seumbangsih yang dia beri kepada pemerintah Indoensia, tetapi sama sekali tidak diharga. Malah Teuku Markam hidup sengsara di hari tuanya. itulah perangai buruk pemimpin yang ada di zaman orba. sehabis dipakai, pelepahpun dibuang. Begitulah kata yang cocok untuk menggambarkan peran seorang Teuku Markam di ranah perjuangan Indonesia. Banyak orang yang masih belum mengenal beliau, tetapi sumbangsihnya banyak orang yang tahu. Disini saya hanya ingin sekedar berbagi, dan menyadarkan semua orang, kalau masih banyak orang-orang yang telah berjasa bagi negeri ini, tapi mereka sama sekali tidak dihargai jasanya oleh pemerintah. Sungguh suatu kebobrokan yang sengat keji! Jadi jangan salah kalau daerah-daerah yang ada di pinggiran negeri memninta untuk merdeka. Karena mereka tidak merasa merdeka. Sebaliknya mereka merasa dijajah oleh bangsa sendiri. Spoiler for Tambahan info bagaimana awal kedekaan dengan Presiden Soekarno: Quote: | |
Source: http://www.kaskus.co.id/thread/54be9b27a1cb1746618b4569/tokoh-ini-menyumbangkan-28-dari-38-kilogram-emas-yang-ada-di-monas | Category: News Info |
Demikianlah Artikel Teuku Markam, Saudagar Aceh Penyumbang 38 Kilogram Emas di Monas
Sekianlah artikel Teuku Markam, Saudagar Aceh Penyumbang 38 Kilogram Emas di Monas kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Teuku Markam, Saudagar Aceh Penyumbang 38 Kilogram Emas di Monas dengan alamat link https://gakbosan.blogspot.com/2015/05/teuku-markam-saudagar-aceh-penyumbang.html
0 Response to "Teuku Markam, Saudagar Aceh Penyumbang 38 Kilogram Emas di Monas"
Post a Comment